Senin, 19 November 2012

LIBURAN DENGAN KARYA CERPEN

Dispendik Surabaya pada tahun baru Hijriyah melakukan gebrakan baru dengan meliburkan guru dan siswa tanggal 15 - 18 Nopember 2012. Kegiatan libur panjang mendadak ini harus digunakan bagi siswa untuk membuat cerpen dalam bentuk tulisan tangan. Dari semua siswa dipilih satu karya terbaik dan hasilnya diketik oleh TU untuk diserahkan pada Dispendik lewat UPTD Setempat dengan melampirkan tulisan tangan aslinya.
Harusnya tugas ini tidak hanya ditujukan pada siswa. Guru juga harus menulis karangan yang dinilai KS. KS nulis karangan dinilai Pengawas/UPTD. Dengan demikian kita akan tahu sejauh mana kemampuan guru dan KS dalam karya sastra.

SALAH SATU KARYA CERPEN SISWA SDN BULAK RUKEM I

Cerpen
Karya : SYLVIA NABILLA ISRONIN (Kelas VI – B)
SDN BULAK RUKEM I No. 258
MEMBAHAGIAKAN ORANG TUA
                Pada jaman dahulu kala hiduplah sebuah keluarga kecil yang sederhana. Keluarga itu terdiri dari 3 Orang kakak, 1 Orang Adik, Ibu dan Ayah. Kakaknya bernama Winda, Adit dan Alya, sedangkan adiknya laki – laki bernama Putra. Ibu dan Ayahnya bernama Ibu Rukiyah dan Bapak Fuadi. Ibu Rukiyah bekerja sebagai pedagang makanan keliling dan Bapak Fuadi bekerja sebagai kuli bangunan. Meskipun penghasilan Mereka Cuma pas – pas an saja tetapi keluarga kecil itu tetap hidup dengan damai. Alya adalah anak ke – 3 dari 4 bersaudara. Alya berumur 11 tahun dan Ia masih duduk di bangku kelas 6 SD. Alya adalah Anak yang pandai bekerja keras dan juga Alya memiliki sifat pantang menyerah, sesuatu apapun ia kerjakan dengan sungguh – sungguh tanpa rasa letih sekalipun.
                Suatu hari Ibunya sudah terlalu tua untuk berkeliling menjajakan makanannya, apalagi mata Ibunya yang tidak dapat melihat jauh itu semakin parah. Akhirnya Ibunya pun berniat untuk membuat took jahit sendiri dirumah tetapi modal yang diperlukan tidak banyak, akhirnya Alya berniat untuk membelikan Ibunya sebuah mesin jahit.
Alya       : ( sambil membawakan secangkir teh untuk Ibunya ) “ Bu, ini teh nya” kata Alya.
Ibu         : Iya nak… Ibu ini sudah tua, ibu ingin berhenti menjadi pedagang keliling dan ibu ingin
 membuka warung Jahit kecil – kecilan tapi untuk membuka usaha itu ibu perlu memiliki modal
 yang banyak, belum lagi mata Ibu yang rabun ini harus dibelikan kacamata “kata Ibu”
Alya       : Bu, kalau nanti Ibu punya rezeki, Ibu harus gunakan uang itu dengan baik untuk dibelikan
  kacamata dan mesin jahit “ kata Alya”
                Lalu Alya masuk ke dalam kamarnya yang kecil, diatas almari kayu tergeletak sebuah kaleng susu yang tidak dipakai lagi, lalu Alya berniat untuk menabung sedikit demi sedikit. Keesokan harinya saat pulang sekolah Alya tidak langsung pulang, Alya menemui Pak Banu ( Seorang pembuat sepatu ) dirumahnya.
Alya                     : “ Assalamualaikum” Kata Alya.
Pak Banu             : Waalaikum salam… eh ada Alya,tumben kesini ada apa? Apa Alya mau beli sepatu?
 “Tanya Pak Banu”
Alya                     : oh tidak pak, Saya ingin membantu Bapak saja. Saya ingin bekerja disini pak. Apa Saya
 boleh bekerja disini? “Tanya Alya”
Pak Banu             : bekerja??? Bukannya kamu harus sekolah? Tapi kebetulan Saya juga mencari orang
  yang pandai menggambar untuk kreasi sepatu “jawab Pak Banu”
Alya                     : Wah menggambar, Saya bias pak, “sambung Alya”
Lalu Alya bekerja dirumah Pak Banu setiap hari karena keuletan Alya dalam bekerja membuat Pak Banu menjadi bangga dan Alya mendapatkan upah 2x lipat dari karyawan lain. Usai bekerja, Alya pulang kerumah dengan jalan kaki. Diruma Ia kerjakan PR sekolah, lalu Ibu datang menghampirinya “ Alya darimana saja kamu kok tumben pulang malam?” Tanya ibu. Alya habis bantu – bantu sedikit dirumah Pak Banu bu “ cetus Alya “. Apa kamu bekerja? “Tanya Ibu lagi” lalu Alya menjawab “maaf bu, Alya ingin bekerja untuk bias membelikan ibu mesin jahit dan kaca mata. Itu semua Alya lakukan untuk membahagiakan ibu“ “jawab Alya”. Lalu ibunya tertegun dan akhirnya ibunya menangis didepan Alya.
                Lama – kelamaan uang tabungan Alya terkumpul, Alya tidak langsung membelikan mesin jahit dan kacamata untuk ibunya, ia masih melihat barangnya dulu karena Alya adalah pegawai banggaan Pak Banu. Pak Banu sering memberikan 2x lipat upah hasil kerja keras Alya. Sehingga uang itu cukup untuk membelikan ibunya mesin jahit dan kacamata. Hari telah pagi Alya kumpulkan uang tabungannya dan ia masukkan k etas sekolahnya. Terlebih dahulu ia harus sekolah dulu lalu ia pergi ke pasar dekat sekolahnya sampai di pasar Alya memilih barangnya dulu, akhirnya ia menemukan mesin jahit berukuran kecil yang harganya lebih murahdaripada yang besar dan Alya setuju untuk membelinya. Setelah membeli mesin jahit kini uang Alya hanya tinggal sisa Rp. 200.000,-. Mungkin uang ini terlalu sedikit untuk dibelikan kacamata apalagi menjahit itukan harus membeli 1 sachet peralatan jahit “ cetus Alya “. Lalu Alya hanya pulang membawa mesin jahit.
                Setiba dirumah Alya memasukkan sisa uangnya kembali ia akan menabung kembali tetapi tidak dengan cara bekerja. Alya pun berfikir bagaimana cara mendapatkan uang dengan cara tidak bekerja. “Bagaimana ya aku dapat membahagiakan orang tua ku tanpa bekerja? Apa aku harus belajar dengan tekun “ cetus Alya “. Lalu ia berfikir sejenak dan aku punya ide, kalau aku bisa meraih nilai tertinggi pasti aku akan dapat beasiswa dari sekolah “kata Alya”. Hari hamper larut malam sebelum Alya tidur ia memberikan mesin jahit terlebih dahulu kepada ibunya. “ bu, ini Alya berikan ibu mesin jahit ya, walaupun terlalu kecil tetapi kan masih dapat digunakan walaupun juga Alya masih belum memberikan ibu peralatan yang lainnya tapi Alya berjanji supaya belajar lebih giat lagi “jawab Alya”
                Ibunya pun merasa terharu dan akhirnya sampai – sampai ibu Rukiyah tidak bias menahan tangis air matanya. Setelah itu Alya memutuskan untuk giat belajar. Alya membuat daftar kesehariannya setelah pulang sekolah ia tidur siang, setelah tidur siang belajar sampai magrib dan ngaji. Pulang ngaji ia belajar lagi. Hamper setiap hari Alya tidak ada waktu untuk bermain. Hari kenaikan kelas pun tiba. Alya berangkat bersama kakak pertamanya yaitu Winda. Saat itu Alya duluan yang dipanggil maju kedepan. Alya juga sempat keheranan, tetapi saat Alya tahu bahwa ia dipanggil karena Alya Ranking 1 Alya sangat senang. Alya segera berlari pulang tak lupa berpamitan Bapak dan Ibu gurunya berharap ia dapat membelikan ibunya kcamata dengan uang beasiswanya itu.
                Saat Alya melewati pasar Alya sempat lupa untungnya ada kak Winda yang selalu mengingatkan Alya untuk membeli kacamata Ibu tapi sebelum itu Ibu Rukiyah harus diperiksa matanya dulu, sedangkan kak Winda mengajak Alya untuk membeli 1 Sachet peralatan menjahit yang berisi jarum – jarum, benang dll. Lalu sisanya Alya gunakan untuk memeriksakan ibunya ke dokter mata dan Ibunya diberikan obat mata, Selanjutnya Alya membelikan ibunya kacamata. Begitu bangganya ibu Rukiyah memiliki seorang anak seperti Alya yang tak pernah pantang menyerah dan berusaha untuk mendapatkan sesuatu keberhasilan sehingga Alya mendapatkan nilai tertinggi dan masuk SMP Negeri “Alya akan terus belajar bu, untuk mendapatkan beasiswa lagi” “janji Alya”. Mendengar janji Alya, Ibu Rukiyah semakin menangis dan terharu”
                Saat larut malam Bapak Fuadi pulang dari pekerjaannya saat itu Bapak Fuadi heran melihat ibu bisa menjahit sendiri. “iya pak, dulu remaja ibu sering bantuin orang tua menjahit, maka dari itu sekarang ibu bisa pak. “cetus ibu”. Lalu Alya membuatkan Bapak Fuadi kopi. “ Loh Alya tas kamu sudah rusak , sepatumu sudah bolong – bolong “ “kata Bapak”. Iya pak tapi kan tidak apa yang penting masih bias di pakai, kan bapak bilang sendiri kalau Alya harus hemat “cetus Alya”. Lalu bapaknya tertegun dan terharu melihat jawaban Alya yang membuat bapaknya terharu itu. “iyalah pak, kan aku bercita – cita ingin menjadi dokter”. “katanya lagi”
                10 tahun kemudian Alya menjadi anak yang sukses karena kerja kerasnya itu dan juga berkat doa orang tuanya yang selalu mendoakannya. Kini Alya bisa meraih cita – cita dengan mudah yaitu menjadi Dokter. Bahkan orang tuanya pun sempat ia belikan rumah. Ibu Rukiyah juga senang melihat keberhasilan Alya berkat ibadah Alya yang cukup dan kerja kerqas yang tak pernah menyerah serta tak ada rasa letih dan juga semangat. Selain meraih untung, Alya juga dapat memberikan ibu Rukiyah uang per bulan dan uang untuk kebutuhan adiknya terakhir (putra). Ia berikan ke putra sendiri per bulan juga. Kesuksesan Alya sehingga tidak hanya Ibu Rukiyah yang dibelikan runah bahkan Ibu Rukiyah dapat naik haji 2 kali karena dibiayai oleh putrinya Alya bahkan juga kedua kakanya pernah dibiayai Alya untuk pergi pariwisata sekeluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar