Harusnya tugas ini tidak hanya ditujukan pada siswa. Guru juga harus menulis karangan yang dinilai KS. KS nulis karangan dinilai Pengawas/UPTD. Dengan demikian kita akan tahu sejauh mana kemampuan guru dan KS dalam karya sastra.
SALAH SATU KARYA CERPEN SISWA SDN BULAK RUKEM I
Cerpen
Karya : SYLVIA NABILLA ISRONIN (Kelas VI –
B)
SDN BULAK RUKEM I No. 258
MEMBAHAGIAKAN ORANG TUA
Pada jaman
dahulu kala hiduplah sebuah keluarga kecil yang sederhana. Keluarga itu terdiri
dari 3 Orang kakak, 1 Orang Adik, Ibu dan Ayah. Kakaknya bernama Winda, Adit
dan Alya, sedangkan adiknya laki – laki bernama Putra. Ibu dan Ayahnya bernama
Ibu Rukiyah dan Bapak Fuadi. Ibu Rukiyah bekerja sebagai pedagang makanan
keliling dan Bapak Fuadi bekerja sebagai kuli bangunan. Meskipun penghasilan
Mereka Cuma pas – pas an saja tetapi keluarga kecil itu tetap hidup dengan
damai. Alya adalah anak ke – 3 dari 4 bersaudara. Alya berumur 11 tahun dan Ia
masih duduk di bangku kelas 6 SD. Alya adalah Anak yang pandai bekerja keras
dan juga Alya memiliki sifat pantang menyerah, sesuatu apapun ia kerjakan
dengan sungguh – sungguh tanpa rasa letih sekalipun.
Suatu hari
Ibunya sudah terlalu tua untuk berkeliling menjajakan makanannya, apalagi mata
Ibunya yang tidak dapat melihat jauh itu semakin parah. Akhirnya Ibunya pun
berniat untuk membuat took jahit sendiri dirumah tetapi modal yang diperlukan
tidak banyak, akhirnya Alya berniat untuk membelikan Ibunya sebuah mesin jahit.
Alya :
( sambil membawakan secangkir teh untuk Ibunya ) “ Bu, ini teh nya” kata Alya.
Ibu :
Iya nak… Ibu ini sudah tua, ibu ingin berhenti menjadi pedagang keliling dan
ibu ingin
membuka warung Jahit kecil – kecilan tapi
untuk membuka usaha itu ibu perlu memiliki modal
yang banyak, belum lagi mata Ibu yang rabun
ini harus dibelikan kacamata “kata Ibu”
Alya :
Bu, kalau nanti Ibu punya rezeki, Ibu harus gunakan uang itu dengan baik untuk
dibelikan
kacamata dan mesin jahit “ kata Alya”
Lalu
Alya masuk ke dalam kamarnya yang kecil, diatas almari kayu tergeletak sebuah
kaleng susu yang tidak dipakai lagi, lalu Alya berniat untuk menabung sedikit
demi sedikit. Keesokan harinya saat pulang sekolah Alya tidak langsung pulang,
Alya menemui Pak Banu ( Seorang pembuat sepatu ) dirumahnya.
Alya :
“ Assalamualaikum” Kata Alya.
Pak Banu : Waalaikum salam… eh ada Alya,tumben kesini ada apa?
Apa Alya mau beli sepatu?
“Tanya Pak Banu”
Alya :
oh tidak pak, Saya ingin membantu Bapak saja. Saya ingin bekerja disini pak.
Apa Saya
boleh
bekerja disini? “Tanya Alya”
Pak Banu : bekerja??? Bukannya kamu harus sekolah? Tapi kebetulan
Saya juga mencari orang
yang
pandai menggambar untuk kreasi sepatu “jawab Pak Banu”
Alya :
Wah menggambar, Saya bias pak, “sambung Alya”
Lalu Alya bekerja dirumah Pak Banu
setiap hari karena keuletan Alya dalam bekerja membuat Pak Banu menjadi bangga
dan Alya mendapatkan upah 2x lipat dari karyawan lain. Usai bekerja, Alya
pulang kerumah dengan jalan kaki. Diruma Ia kerjakan PR sekolah, lalu Ibu
datang menghampirinya “ Alya darimana saja kamu kok tumben pulang malam?” Tanya
ibu. Alya habis bantu – bantu sedikit dirumah Pak Banu bu “ cetus Alya “. Apa
kamu bekerja? “Tanya Ibu lagi” lalu Alya menjawab “maaf bu, Alya ingin bekerja
untuk bias membelikan ibu mesin jahit dan kaca mata. Itu semua Alya lakukan
untuk membahagiakan ibu“ “jawab Alya”. Lalu ibunya tertegun dan akhirnya ibunya
menangis didepan Alya.
Lama – kelamaan
uang tabungan Alya terkumpul, Alya tidak langsung membelikan mesin jahit dan
kacamata untuk ibunya, ia masih melihat barangnya dulu karena Alya adalah
pegawai banggaan Pak Banu. Pak Banu sering memberikan 2x lipat upah hasil kerja
keras Alya. Sehingga uang itu cukup untuk membelikan ibunya mesin jahit dan
kacamata. Hari telah pagi Alya kumpulkan uang tabungannya dan ia masukkan k
etas sekolahnya. Terlebih dahulu ia harus sekolah dulu lalu ia pergi ke pasar
dekat sekolahnya sampai di pasar Alya memilih barangnya dulu, akhirnya ia
menemukan mesin jahit berukuran kecil yang harganya lebih murahdaripada yang
besar dan Alya setuju untuk membelinya. Setelah membeli mesin jahit kini uang
Alya hanya tinggal sisa Rp. 200.000,-. Mungkin uang ini terlalu sedikit untuk
dibelikan kacamata apalagi menjahit itukan harus membeli 1 sachet peralatan
jahit “ cetus Alya “. Lalu Alya hanya pulang membawa mesin jahit.
Setiba
dirumah Alya memasukkan sisa uangnya kembali ia akan menabung kembali tetapi
tidak dengan cara bekerja. Alya pun berfikir bagaimana cara mendapatkan uang
dengan cara tidak bekerja. “Bagaimana ya aku dapat membahagiakan orang tua ku
tanpa bekerja? Apa aku harus belajar dengan tekun “ cetus Alya “. Lalu ia
berfikir sejenak dan aku punya ide, kalau aku bisa meraih nilai tertinggi pasti
aku akan dapat beasiswa dari sekolah “kata Alya”. Hari hamper larut malam
sebelum Alya tidur ia memberikan mesin jahit terlebih dahulu kepada ibunya. “
bu, ini Alya berikan ibu mesin jahit ya, walaupun terlalu kecil tetapi kan
masih dapat digunakan walaupun juga Alya masih belum memberikan ibu peralatan
yang lainnya tapi Alya berjanji supaya belajar lebih giat lagi “jawab Alya”
Ibunya
pun merasa terharu dan akhirnya sampai – sampai ibu Rukiyah tidak bias menahan
tangis air matanya. Setelah itu Alya memutuskan untuk giat belajar. Alya
membuat daftar kesehariannya setelah pulang sekolah ia tidur siang, setelah
tidur siang belajar sampai magrib dan ngaji. Pulang ngaji ia belajar lagi.
Hamper setiap hari Alya tidak ada waktu untuk bermain. Hari kenaikan kelas pun
tiba. Alya berangkat bersama kakak pertamanya yaitu Winda. Saat itu Alya duluan
yang dipanggil maju kedepan. Alya juga sempat keheranan, tetapi saat Alya tahu
bahwa ia dipanggil karena Alya Ranking 1 Alya sangat senang. Alya segera
berlari pulang tak lupa berpamitan Bapak dan Ibu gurunya berharap ia dapat
membelikan ibunya kcamata dengan uang beasiswanya itu.
Saat
Alya melewati pasar Alya sempat lupa untungnya ada kak Winda yang selalu
mengingatkan Alya untuk membeli kacamata Ibu tapi sebelum itu Ibu Rukiyah harus
diperiksa matanya dulu, sedangkan kak Winda mengajak Alya untuk membeli 1
Sachet peralatan menjahit yang berisi jarum – jarum, benang dll. Lalu sisanya
Alya gunakan untuk memeriksakan ibunya ke dokter mata dan Ibunya diberikan obat
mata, Selanjutnya Alya membelikan ibunya kacamata. Begitu bangganya ibu Rukiyah
memiliki seorang anak seperti Alya yang tak pernah pantang menyerah dan berusaha
untuk mendapatkan sesuatu keberhasilan sehingga Alya mendapatkan nilai
tertinggi dan masuk SMP Negeri “Alya akan terus belajar bu, untuk mendapatkan
beasiswa lagi” “janji Alya”. Mendengar janji Alya, Ibu Rukiyah semakin menangis
dan terharu”
Saat
larut malam Bapak Fuadi pulang dari pekerjaannya saat itu Bapak Fuadi heran
melihat ibu bisa menjahit sendiri. “iya pak, dulu remaja ibu sering bantuin
orang tua menjahit, maka dari itu sekarang ibu bisa pak. “cetus ibu”. Lalu Alya
membuatkan Bapak Fuadi kopi. “ Loh Alya tas kamu sudah rusak , sepatumu sudah
bolong – bolong “ “kata Bapak”. Iya pak tapi kan tidak apa yang penting masih
bias di pakai, kan bapak bilang sendiri kalau Alya harus hemat “cetus Alya”.
Lalu bapaknya tertegun dan terharu melihat jawaban Alya yang membuat bapaknya
terharu itu. “iyalah pak, kan aku bercita – cita ingin menjadi dokter”.
“katanya lagi”
10 tahun kemudian
Alya menjadi anak yang sukses karena kerja kerasnya itu dan juga berkat doa
orang tuanya yang selalu mendoakannya. Kini Alya bisa meraih cita – cita dengan
mudah yaitu menjadi Dokter. Bahkan orang tuanya pun sempat ia belikan rumah.
Ibu Rukiyah juga senang melihat keberhasilan Alya berkat ibadah Alya yang cukup
dan kerja kerqas yang tak pernah menyerah serta tak ada rasa letih dan juga
semangat. Selain meraih untung, Alya juga dapat memberikan ibu Rukiyah uang per
bulan dan uang untuk kebutuhan adiknya terakhir (putra). Ia berikan ke putra
sendiri per bulan juga. Kesuksesan Alya sehingga tidak hanya Ibu Rukiyah yang
dibelikan runah bahkan Ibu Rukiyah dapat naik haji 2 kali karena dibiayai oleh
putrinya Alya bahkan juga kedua kakanya pernah dibiayai Alya untuk pergi
pariwisata sekeluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar